SAHKAH SHALATNYA PRIA YANG MEMAKAI CELANA KETAT MENAMPAKAN BENTUK TUBUH

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Berdasarkan syariat dan hukumnya memakai pakaian apapun dibolehkan dalam Islam, asal sesuai dengan hukum-hukum Islam seperti tidak menampakan aurat, dan kecuali pakaian-pakaian tertentu yang termasuk dalam dalil-dalil yang menunjukkan pelarangan. Selain itu Islam tidak menetapkan model pakaian tertentu untuk shalat. Selama pakaian tersebut memenuhi syarat maka boleh dipakai untuk salat, apapun modelnya.

Dengan demikian, yang perlu kita pegang adalah bahwa hukum asal memakai celana panjang adalah mubah. Namun para ulama memang membahas keabsahan salat orang yang saat salat dengan memakai celana panjang pada 2 keadaan berikut:

1. Celana panjang yang dipakai masih menampakkan warna kulit dan menampakkan bentuk tubuh (ketat)

Pada kondisi ini para ulama ijma (bersepakat) bahwa hukumnya haram dan salatnya tidak sah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An Nawawi, ulama besar mahdzab Syafii, beliau berkata: "Jika sebagian aurat sudah tertutupi dengan sesuatu yang berbahan kaca, sehingga masih terlihat warna kulitnya, maka tidak sah salatnya tanpa ada perbedaan pendapat di antara ulama." (Al Majmu, 3/173)
Bahkan jika warna kulit hanya terlihat dengan samar, tetap tidak sah salatnya. Dijelaskan oleh Ibnu Qudamah, ulama besar mazhab Hambali, beliau berkata: "Menutup aurat sampai warna kulit tertutupi secara sempurna, hukumnya wajib. Jika warna kulit masih tampak oleh orang di belakangnya namun samar, yaitu masih bisa diketahui warna kulitnya putih atau merah, maka tidak sah salatnya. Karena pada kondisi demikian belum dikatakan telah menutupi aurat." (Al Mughni, 1/651)

2. Celana panjang yang dipakai telah menutupi warna kulit secara sempurna namun masih menampakkan bentuk tubuh (ketat)

Pada kondisi ini terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama. Sebagian ulama mengatakan shalatnya tidak sah. Diantaranya Ibnu Hajar Al Asqalani, ulama besar mahdzab Syafii, beliau berkata: "Aku mendengar ini dari Asyhab, bahwa orang yang mencukupkan diri salat dengan memakai celana panjang padahal ia sanggup memakai pakaian yang tidak ketat, ia wajib mengulang salatnya pada saat itu juga, kecuali jika ia tidak tahu malu." (Fathul Bari, 1/476)

Tidak sahnya salat orang yang memakai pakaian ketat juga merupakan pendapat Syaikh Ibnu Baz, mantan ketua Komite Fatwa Saudi Arabia, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: "Jika celana pantalon ini menutupi aurat dari pusar sampai seluruh paha laki-laki, longgar dan tidak ketat, maka sah salatnya. Namun lebih baik lagi jika di atasnya dipakai gamis yang dapat menutupi hingga seluruh pahanya, atau lebih baik lagi sampai setengah betis, karena yang demikian lebih sempurna dalam menutupi aurat. Salat memakai sarung lebih baik daripada memakai celana panjang jika tidak ditambah gamis. Karena sarung lebih sempurna dalam menutupi aurat." (Majmu Fatawa Ibnu Baz,1/68-69, http://www.ibnbaz.org.sa/mat/2480).

Dalam penjelasan Syaikh Ibnu Baz ini juga ditegaskan bolehnya salat dengan memakai celana panjang tanpa ditambah gamis atau sarung, asalkan tidak ketat. Namun sebagian ulama berpendapat salatnya tetap sah jika ia telah menutupi warna kulit dengan sempurna walaupun bentuk tubuh masih terlihat (ketat). Sebagaimana pendapat Imam An Nawawi, bahkan beliau membantah ulama yang berpendapat salatnya tidak sah:

"Jika warna kulit telah tertutupi secara sempurna dan bentuk tubuh semisal paha dan daging betis atau semacamnya masih nampak, salatnya sah karena aurat telah tertutupi. Memang Ad Darimi dan penulis kitab Al Bayan menyampaikan argumen yang menyatakan tidak sahnya salat memakai pakaian yang masih menampakkan bentuk tubuh. Namun pendapat ini jelas-jelas sebuah kesalahan." (Al Majmu, 3/173).

Demikian juga pendapat Ibnu Qudamah, beliau menyatakan sahnya salat memakai pakaian yang ketat namun beliau tidak menyukai orang yang melakukan hal tersebut: "Jika warna kulit sudah tertutupi dan bentuk tubuh masih nampak, salatnya sah. Karena hal tersebut tidak mungkin dihindari (secara sempurna). Namun orang yang salat memakai pakaian ketat adalah orang yang tidak tahu malu." (Al Mughni, 1/651).

Sebagian ulama juga berpendapat salatnya sah namun pelakunya berdosa dikarenakan memakai baju ketat. Sebagaimana pendapat Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, ulama besar di Saudi Arabia saat ini, beliau berkata: "Baju ketat yang masih menampakkan bentuk tubuh wanita, baju yang tipis dan terpotong pada beberapa bagian, tidak boleh memakainya. Baju ketat tidak boleh digunakan oleh laki-laki maupun wanita, terutama bagi wanita, karena fitnah wanita lebih dahsyat. Adapun keabsahan salatnya tergantung bagaimana pakaiannya. Jika pakaian ketat ini dipakai seseorang untuk salat, dan telah cukup untuk menutupi auratnya, maka salatnya sah karena aurat telah tertutup. Namun ia berdosa karena memakai pakaian ketat. Sebab pertama, karena dengan pakaian ketatnya, ia telah meninggalkan hal yang disyariatkan dalam salat, ini terlarang. Sebab kedua, memakai baju ketat dapat mengundang fitnah karena membuat orang lain memalingkan pandangan kepadanya, apalagi wanita." (Muntaqa Fatawa Shalih Fauzan, 3/308-309).

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa letak perbedaan pendapat di antara para ulama adalah dalam memutuskan apakah memakai pakaian ketat dalam salat itu sudah termasuk menutup aurat atau tidak. Dengan demikian ini adalah perkara khilafiyyah ijtihadiyyah, yang masing-masing pendapat dari ulama tersebut harus dihormati. Namun yang paling baik adalah menghindari hal yang diperselisihkan dan mengamalkan hal yang sudah jelas bolehnya. Sehingga memakai pakaian yang longgar dan lebar hingga tidak menampakkan warna kulit dan tidak menampakkan bentuk tubuh adalah lebih utama.

Kemudian perlu digarisbawahi, seluruh penjelasan di atas berlaku bagi setiap orang yang memiliki kemampuan dalam pakaian, ia berkecukupan dalam berpakaian dan mampu mengusahakan untuk memiliki pakaian yang longgar dan tidak ketat. Adapun orang yang tidak berkemampuan untuk berpakaian yang longgar, misalnya orang miskin yang hanya memiliki sebuah pakaian saja, atau orang yang berada dalam kondisi darurat sehingga tidak mendapatkan pakaian yang longgar, maka salatnya sah dan ia tidak berdosa. Berdasarkan hadits dari Jabir bin Abdillah yang menceritakan dirinya ketika hanya memiliki sehelai kain untuk salat, maka Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: "Jika kainnya lebar maka gunakanlah seperti selimut, jika kainnya sempit maka gunakanlah sebagai sarung." (HR. Bukhari no.361).

Allah Taala juga berfirman: "Bertakwalah kalian semampu kalian." (QS. At-Taghabun 16)
Demikian penjelasan kami. Wallahualam. [Ustadz Kholid Syamhudi, Lc./Yulian Purnama].


Sumber: inilah.com

MENGAPA KEBATINAN MERUSAK SYARI'AT ISLAM ??!!

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PAI----Kita sering mendengar tentang Aliran kebatinan yang banyak diberitakan media masa akhir-akhir ini. Banyak umat muslim yang kurang memahami ajaran Islam yang benar menurut syariat, turut terjebak mengikuti aliran ini. 

Apa yang disebut aliran kebatinan itu? 

Secara kebahasaan, Batin bermakna bagian dalam, samar dan tersembunyiSecara istilah, batiniyah bermakna kelompok yang mengaku bahwa zhawahir (makna-makna terang) al-Qur’an dan hadits memiliki makna batin (tersembunyi), tak obahnya kulit dengan sari patinya, yang dapat dipahami oleh orang-orang tertentu, bukan oleh orang-orang awam.

Menurut keterangan Asy-Syaikh Ibnul Jauzi, bahwa gerakan kebatinan merupakan suatu golongan yang tersendiri, bertujuan hendak meloloskan diri dari Agama Islam dengan menimbulkan faham yang bukan-bukan dan bertentangan sekali dengan ajaran Islam yang benar.

Kebatinan itu merusak syari'at Islam, tepat juga seperti yang dikatakan oleh Ibnu 'Uqil:

"Islam itu binasa di antara dua golongan: Kaum batin dah kaum zhahir. Kaum batin merusak zharinya syaria'at dengan tafsir-tafsir yang mereka da'wakan, sehingga tidak ada dasar keterangannya, sehingga tidak ada yang tinggal sedikitpun dalam syari'at, melainkan mereka sudah membuat arti yang lainnya, sehingga mereka gugurkan kewajibanya yang wajib, dan larangan yang dilarang. Adapun kaum zhahir mereka mengambil yang dilarang. Adapun kaum zhahir mereka mengambil yang nyatanya saja dari pada perkara yang perlu kepada ta'wil. Maka mereka bawa sifat-sifat dan nama-nama Allah, menurut pendapat akal mereka saja.

Yang paling benar berdiri di antara dua golongan itu, yaitu kita mengambil zhahirnya, selama tidak ada dalil yang memalingkannya. Dan kita buang semua yang batin, yang tidak ada bukti dalil-dalil syari'at".

Hal ini dikemukakan begitu jauh, karena begitu bahaya kebatinan itu sangat besar bagi kerusakan syari'at Islam.

Di tanah air kita Indonesia sudah banyak orang yang terkena aliran kebatinan itu, walaupun berbeda dari asalnya. Mereka mengaku beragama Islam, tetapi cara sholatnya sangat aneh yaitu cukup dengan niat saja. Sungguh mereka telah ikut dan disesatkan oleh Syetan.  Na'udzubillahi min dzalik, tsumma na'udzubillah.


Baca juga Kenali dan Waspadai ALIRAN KEBATINAN di sekitar kita!! di sini >>>>

INILAH CARA CEPAT MENGUASAI LAGU-LAGU TILAWAH AL-QUR'AN

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




PAI----Dalam membaca Al-Qur'an ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan. Di antara yang harus mendapat perhatian serius adalah soal "mengindahkan atau memperbagus irama". Tentu ini merupakan bagian kecil saja dari bagian-bagian yang lain yang penting.
Soal suara, kita sepakat bahwa setiap kita diberikan anugerah suara yang khas. Ada yang sama namun kebanyakan orang berbeda suaranya. Bahkan bila ada orang yang mukanya mirip suara mereka biasanya agak berbeda. Sampai di sini tentu kita faham bahwa ini merupakan 'athifah' atau bakat masing-masing. Selain itu, bersuara juga dalam kondisi khusus merupakan anugerah terindah. Betapa tidak, bila ada seorang bayi lahir, suara tangisannya sangat ditunggu-tunggu, dan orang-orang yang mengerumuninya tersenyum gembira.

Selanjutnya di atara bukti kuasa Allah adalah Ia menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Ada yang datar, bergelombang, mendayu, dan bergetar. Di samping itu ada yang bersuara lembut ada yajuga yang berat dan serak. Ada yang di dalam ada juga yang mengeluarkan suaranya persis berdengung ke luar lewat hidung. Semua itu merupakan keanekaragaman yang luar biasa.

Dari perkataan di atas, tibalah sekarang pada soal mengolah suara. Seperti yang kita tahu bahwa suara ada yang mudah sekali diolah ada pula yang seolah tidak mau berubah. Dalam tataran pendidikan, tentu pada dasarnya suara dapat diolah. Buktinya pelatihan-pelatihan vokal sangat diminati dari dahulu hingga sekarang. Maka dari segi ini dapatlah kita mengambil sudut pandang bahwa ada suara yang sangat bagus dan indah, ada juga yang krang bagus atau bahkan disebut sama sekali tidak ada bagus-bagusnya. Kalimat ini menemukan kristalnya pada adanya frasa "suara emas". Artinya suara ini berkelas dan mahal.



Manusia menyukai Keindahann

Selain manusia punya potensi fitrah berkebaikan, ia juga dianugerahi semangat mengenal hal baru, dan berhasrat pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Maka semua yang dilakukannya sangat dipengaruhi oleh citra kebenaran, kebaikan, dan keindahan menurut dirinya. Setiap orang memiliki citra masing-masing yang pada dasarnya tidak bisa diintervensi oleh orang lain. Menurut orang mungkin indah namun menurutnya belum tentu begitu. Ini bisa diketahui dari sebuah kalimat fakta di masyarakat yang sering menyebut seseorang yang bercitra beda itu dengan sebutan (maaf) misalnya; gila atau buta.

Pada titik ini kita berhenti sejenak. Barang kali beragama juga selain memuaskan hasrat mencari kebenaran dan kebaikan, juga (dimungkinkan) sebagai bentuk pemenuhan hasrat akan keindahan. Teks-teks agama banyak yang mengindikasikan hal itu. Dikatakan bahwa Tuhan itu Maha Indah, dan ia saking indahnya tidak ada satu pun makhluk yang menyamai keindahan-Nya.

Manusia memang sangat gemar keindahan dengan citranya masing-masing. Bahkan manusia diyakini sebagai wujud paling indah di mayapada ini. Bahkan ia diberi hidup dan akal. Maka keindahan yang tanpa ruh itu tidak sempurna. Begitu pula orang yang ganteng atau cantik bila mati atau tidak berakal menjadi kurang keindahannya.


Suara Indah sangat dicari Manusia

Konon katanya dahulu putera-puteri adam ada yang hidup di perkampungan-perkampungan kecil dan terpiah-pisah. Ada yang hidup di gunung-gunung ada juga yang hidup di lembah-lembah. Dan sudah menjadi fitrah hidup manusia yang ingin berpasangan. Maka putera-puteri itu ingin lah saling mengenal. Hingga para lelaki di antara mereka membuat seruling yang bersuara merdu saat ditiup. Itu membuat perhatian para puteri Adam terpusat perhatiannya. Dan orang yang bisa meniup seruling dengan nada yang indah akan mendapat perhatian lebih.

Kisa di alinea itu terjadi di masa lalu, lalu bagaimana dengan kejadian di masa sekarang. Dapatlah bisa disampaikan bahwaitu tetap dan akan berlangsung seperti itu. Sudah fitrahnya begitu. orang yang bersuara emas akan mendapatkan perhatian lebih dari sesamanya. Ia akan banyak yang mendekati dan biasanya mahal bila diundang.


Pentingnya Suara Indah dalam Tilawah Al-Qur'an

Sebelum lebih lanjut, mari kita simak keterangan berikut ini;
أَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ: نا الْأَوْزَاعِيُّ , عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ , عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَلَّهُ أَشَدُّ أَذَنًا إِلَى الرَّجُلِ الْحَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ مِنْ صَاحِبِ الْقَيْنَةِ إِلَى الْقَيْنَةِ» قَالَ الْأَوْزَاعِيُّ: يَعْنِي أَذَنًا: اسْتِمَاعًا "
Dalam teks berbahasa ini ada yang bisa kita fahami, bahwa yang berusaha memperbagus suara ketika membaca Al-Qur'an akan mendapatkan kesempatan besar bacaannya lebih didengarkan oleh Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar.


Mari kita menyimak lagi satu keterangan tentang hal ini;
وَأَخْبَرَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: نا أَبُو قُدَامَةَ , وَعُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: أنا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ , عَنْ شُعْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ مُصَرِّفٍ , عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْسَجَةَ , , عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ»
Keterangan ini meminta orang yang membaca Al-Qur'an agar berusaha menghiasi bacaan Qur'annya dengan kebenaran tajwid dan keindahan suara, tentu dengan penghayatan dan niat kuat untuk mengamalkan ajarannya.

Dalam ataran filosofis tentu harus pula memperhatikan suara yang seperti apa yang pantas bagi bacaan Al-Qur'an. Salah satunya tentu kita harus mencari informasi lebih banyak tentang bagaimanakan dahulu Rasulullah melantunkannya di hadapan para sahabat-sahabatnya, atau bagaimana sahabat-sahabat Rasulullah melantukan bacaan Al-Qur'an di hadapan Rasulullah SAW atu di halaqah-halaqah dzikir.
Baik untuk catatan saja bahwa ada kriteria tertentu yang sangat baik ketika membaca Al-qur'an, di antaranya adalah keterangan berikut ini;
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ السَّقَطِيُّ قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ , قَالَ: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ , قَالَ: نا إِبْرَاهِيمُ , عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ , عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتَهُ يَقْرَأُ حَسِبْتَهُ يَخْشَى اللَّهَ»

Nah, itulah salah satunya. Suara yang indah dan mengingatkan kita akan bahaya dan huru-hara siksa Allah dan neraka, atau membuat hati tertarik dengan surga dengan mendengar bacaan Al-Qur'an dengan suara tersebut. Dalam ilmu jiwa ada disebutkan bahwa jiwa atau ruh itu akan saling mengenal. Yang bik akan mengenal yang baik dan yang buruk akan mengenali yang buruk. Dari sini menghadirkan hati yang khusyu' saat membaca Al-Qur'an harus sangat diusahakan lagi.


Urgensi Lagu-Lagu Tilawah Al-Qur'an

Di alinea-alinea di atas telah disebutkan bahwa suara indah sangat penting. Dan bila kita melatihnya dengan tujuan bersyukur kepada  Allah dan beribadah kepadanya dengan mengerahkan segenap potensi yang ada tentu itu hal yang sangat baik sekali. Dan Islam sangat perhatian dalam masalah ini. Beginilah indah nya Islam. Ia itu "syumul" meliputi dan mengatur dari bagian terkecil hidup manusia hingga aspek-aspek besar yang meliputi hajat dan risalah hidupnya. Ia mendorong penggunaan potensi dan nikmat Allah pada tempat yang benar, baik dan indah sesuat dengan ajarannya.

Dalam hal lagu, Peradaban Islam mencatat bahwa ada setidaknya 7 lagu pokok dalam tilawah Al-Qur'an. Dan tentu dari 7 lagu ini ada variasi dan keindahan dan pemanis masing-masing. Trik dan gaya penyampaiannya telah banyak dipelajari di banyak tempat. Kapankah lag ini digunakan dengan bentuk aslinya dan kapan pula ia harus dipotong atau dilantunkan dengan variasi baru ang menggigit dan lebih meninju hati pendengar lagi.

Tujuh lagu dalam bacaan Al-Qur'an ini merupakan standar. Ia diambil dari negeri-negeri Arab ang meliputi Jazirah Arabia. Tentunya kembali pada pemahaman di atas, bahwa semua harus atas persetujuan Nabi SAW.

Kita sebut satu persatu; Pertama Bayyati, Shaba, Hijaz, Rasst, Nahawand, Syika, dan Jihar Ka. Dari tujuh ini ada tingkatan nada dan variasi masing-masing. Kita dapat mempelajari dan mengetahui trik melantunkannya dari gelaran MTQ baik di dalam negeri atu di luar negeri.

Untuk para Qori di Indonesia, variasi pelantunan ke-tujuh lagu itu berkiblat kepada H Mu'ammar atau H Chumaidi. Kemudian qari-qari yang lain. Dan Para guru itu sangat dipengaruhi oleh gaya variasi lagu timur tengah khussnya Mesir. Qari-Qari dari tanah Nabi Yusuf ini sangat digemari oleh putera-puteri Indonesia. Beragam variasi bisa kita pelajari sesuai dengan kecocokan suara dan gaya yang ingin di duplikasi.


Cara Cepat mempelajari Tujuh Lagu Al-Qur'an

Tenang saja, sub judul ini merupakan bukan sesuatu yang sulit. Ingat suara adalah fitrah dan anugerah. Bila orang lain bisa tentu kita bisa. Maka kesungguhan, do'a dan keuletan akan sangat ampuh dan berperan penting dalam pelatihan apapun.

Pertama, harus di sampaikan bahwa ke-tujuh lagu di atas telah mngindonesia. arinya itu telah tersebar dalam bacaan Al-Qur'an atau kitab, lagu religi, bahkan dalam lagu adzan. Hanya saja kita sering tidak tahu namanya. Untuk pertama kali jangan hiraukan dulu bila sulit menebak nama. Manfaatkanlah referensi lagu adzan atau surat-surat pendek yang telah dikenali. Lanjutkan jangan segan-segan untuk melantunkannya kembali.

Kedua, sering-seringlah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari H. Muammar atau H. Chumaidi. Di situ kita bisa mengenal variasi dari ke-tujuh lagu itu. Ingat, sering mendengar berarti kita merangsang otak untuk mengingat.

Ketiga, tentu ini yang pokok, belajarlah pada guru dan di tempat khusus. Belajar di hadapan guru secara langsung akan meningkatkan akselerasi kemampuan kita. Ini disebut berkah talaqqi dan silaturahim dalam berilmu. Janganlah kita sering-sering mengambil ilmu dengan mencukupkan diri dai menonton video, mendengar MP3, atu membaca buku, tanpa kita bertemu guru. Maka belajarlah [pada Pesantren Al-Qur'an dan Tahfidz agar kita mengalami Quantum dan akselerasi dalam menguasai lagu-lagu Al-Qur'an. 

* * *

INILAH ALASAN ILMIAH DILARANG KELUAR RUMAH SAAT MAGHRIB SENJA TIBA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sisa-Harimanusia----Saat senja telah tiba dan Maghrib merupakan waktunya Shalat  tiga rakaat, yang dilakukan pada saat ketika bumi berpindah waktu dari siang menjadi malam hari. Saat Maghrib tiba, orang tua biasanya menyuruh anaknya untuk masuk ke dalam rumah dan menghentikan aktivitas di luar rumah. Orang tua jaman dahulu banyak yang masih percaya bahwa saat Maghrib tiba, akan banyak hantu, setan dan jin yang berkeliaran yang akan mengganggu atau merasuki manusia. Setelah Magrib, mereka kembali membiarkan anak-anaknya untuk bermain di luar rumah.
Senja-Maghrib
Bagi umat Islam, larangan keluar senja ketika maghrib tiba, merupakan suatu yang memang sangat diyakini kebenarnnya. Tetapi pada umumnya mereka hanya meneruskan kebiasaan orang tua dan tidak mengetahui bahwa sebenarnya larangan ini ada dalilnya yaitu dalam hadist Nabi. Dalam sabdanya, Nabi SAW mengatakan bahwa ketika Maghrib, akan banyak setan dan jin yang berkeliaran. Ternyata, hadist Nabi ini bisa dijelaskan secara ilmiah.


Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,”  (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).

Selain itu juga dijelaskan dalam Sahih Muslim Nabi, bersabda: 

Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian, sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu. Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu-pintu rumah dan sebutlah nama Allah, sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah. meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya.” (HR Muslim)


Hadist Nabi SAW ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Sebuah buku ilmiah keagamaan karya Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS berjudul The Science Of Shalat yang diterbitkan Qultummedia  menjelaskan bahwa menjelang Maghrib, alam akan berubah menjadi spektrum cahaya berwarna merah. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM) yang memiliki spectrum warna yang berbeda satu sama lain. Setiap warna dalam spectrum mempunyai energi, frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda.

Dalam bukunya dijelaskan bahwa ketika waktu Maghrib tiba, terjadi perubahan spectrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis, yakni spektrum warna merah. Pada waktu ini,  jin dan iblis amat bertenaga karena memiliki resonansi bersamaan dengan warna alam. Pada waktu Maghrib, banyak interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama sehingga penglihatan terkadang kurang tajam oleh adanya fatamorgana.

Dalam Islam, pada waktu magrib dijelaskan bahwa setan bersamaan dengan datangnya kegelapan mulai menyebar mencari tempat tinggal, karena mereka tersebar dengan pemandangan luar biasa biasa dan jumlah yang tidak ada yang tahu selain Allah. Sebagian setan takut dari kejahatan setan yang lain, sehigga setan harus memiliki sesuatu yang dijadikannya sebagai tempat berlindung dan mencari tempat aman.

Maka ia bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia dengan kecepatan berlipat lipat, beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, berlindung ke rumah kosong, dan beberapa dari mereka berlindung kepada sekelompok manusia yang sedang duduk duduk. Mereka tentu tidak merasakannya, mereka ikut menimbrung supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan yang juga berkeliaran seperti angin di bumi karena yang boleh hidup hanya yang kuat saja.

Kadang kala setan mengganggu anak kecil manusia untuk dijadikan tempat berlindung. Selain itu setan juga berlindung ditempat yang kotor seperti pada popok bayi yang sudah kotor. Mereka lebih memilih popok bayi karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.

Anda pasti pernah menemukan beberapa anak menjerit tiba-tiba dan beberapa yang menggelapar dalam tidurnya karena gangguan iblis yang merasukinya saat dijadikan tempat berlindung.

Adapun mengenai makhluk gaib yang keluar pada waktu tersebut, target utamanya adalah anak-anak yang usianya masih di bawah dua tahun dan Ibu hamil. Konon selain psikis, jin ini juga bisa menyebabkan penyakit fisik. Untuk itu, perlu bagi kita untuk mengenali siapa jin tersebut, bagaimana kerjanya, serta cara mengantisipasinya.

Jin wanita yang disebutkan tesebut bernama Ummu Sibyan Mereka akan mengganggu anak-anak yang usianya di bawah dua tahun serta ibu hamil. Jin ini pernah menemui Nabi Sulaiman as dan menjelaskan kepada beliau apa target utamanya.

Ia datang dengan ciri-ciri yang sangat menakutkan, terlebih saat melakukan aksinya pada saat magrib. Perempuan tua ini memiliki rambut beruban, dengan dua bola mata berwarna biru, kedua-dua keningnya bertanduk, betisnya kecil, rambut kusut, mulutnya menganga, mengeluarkan pucuk api, dan bisa memecahkan benda besar dengan pekikan suaranya.


Nabi Sulaiman kemudian bertanya pada jin tersebut;,

Siapa kamu? Apa kamu manusia atau jin? Karena aku tidak pernah melihat orang sepertimu.

Perempuan itu menjawab:

Akulah Ummu Sibyan (Ibu penyakit sawan) yang dapat menguasai ke atas anak Adam lelaki dan perempuan, aku bisa masuk ke rumah-rumah, bisa berkokok seperti ayam, menyalak seperti anjing, melenguh seperti lembu, bersuara seperti keledai dan kura-kura dan bersiul seperti ular.”

Si jin menjelaskan lagi, jika ia bisa bertukar wajah dan berubah sesuai dengan keinginannya. Kemudian, bisa mengikat rahim perempuan serta membunuh anak-anak yang masih ada di dalam rahim. Mereka masuk ke perut lalu menendang bayi yang masih di dalam rahim, hingga sang Ibu keguguran. Mereka juga mengganggu anak-anak kecil memberikan rasa panas dan kesakitan yang mengerikan.

Nabi Sulaiman menangkapnya dan berkata : “Wahai perempuan yang celaka! Kamu tidak boleh lari dari genggamanku sampai memberikan satu perjanjian dan sumpah setia kepada anak-anak Adam, lelaki dan perempuan”.

Dalam keseharian, mungkin kita sering melihat anak-anak yang menangis ketika maghrib tiba. Tidak hanya itu, mereka menjerit dengan mata terbelalak ke arah tertentu seperti melihat sesuatu. Tidak jarang, anak-anak juga demam tinggi hingga berakibat fatal yakni kematian.


Orang tua seharusnya mengikuti anjuran Nabi SAW ini. Menutup pintu ketika magrib, serta menggendong anak-anak mereka yang masih kecil. Pasalnya, gangguan dari jin Ummu Sibyan ini bisa menyebabkan penyakit bagi anak seperti sawan tangisan, autisme, kenakalan, dan berbagai komplikasi otak.

Karena itula pada waktu maghrib, kita dihimbau untuk berhati-hati dan tidak keluar rumah, menjauh dari hewan, seperti kucing, burung, dan mengurangi kecepatan saat mengemudi mobil karena dikuatirkan menabrak anjing atau hewan lain yang bisa jadi telah dirasuki setan, dan tidak boleh jalan jalan di tempat sepi atau duduk di tempat itu, atau melempar batu ke dalam kamar mandi, kebun dan laut.


INILAH DOSA JARIAH BESAR YANG TETAP MENGALIR MESKI SUDAH MENINGGAL

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Sisa-Harimanusia-----Sebagian manusia bisa dengan mudah melakukan perbuatan dosa dalam kehidupan sehari-hari. Karena seringnya dilakukan, tindakan tersebut terkadang dianggap biasa sehingga tidak terasa seperti dosa. Padahal dosa bukanlah perkara main-main.

Balasannya mutlak neraka yang sudah disiapkan Allah SWT bagi hamba-Nya yang ingkar. Ternyata, setelah meninggal tanggungjawab terhadap dosa maksiat yang pernah dilakukan tidak terputus begitu saja, akan mengalir hingga hari perhitungan kelak.


Selama perbuatan maksiat tersebut masih berdampak dan berpengaruh kepada orang lain, maka dosanya akan tetap mengalir kepada pelakunya meski Ia sudah meninggal. Apa saja dosa-dosa tersebut? Berikut ulasannya.

Jika biasanya kita mengenal amal jariyah yang pahalanya mengalir meski sudah meninggal, maka ada juga dosa jariyah yang di janjikan Allah SWT akan diterima manusia. Saat sudah meninggal, seseorang akan tetap mendapatkan dosa karena perbuatannya semasa di dunia masih berpengaruh buruk terhadap orang lain.

Padahal di alam barzah manusia sangat membutuhkan limpahan pahala sebagai pertolongan mereka menunggu hari kiamat. Namun karena dosa jariyah ini mereka justru harus menanggung dosa-dosa yang dilakukan orang lain, akibat pengaruh atas tindakan maksiat yang pernah Ia lakukan semasa hidup.

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Inilah dosa jariah besar yang tetap mengalir meski seseorang sudah meninggal dan berada di alam kuburnya.

1. Menjadi Pelopor Maksiat

Pelopor merupakan orang yang pertama melakukan suatu tindakan sehingga yang lain turut mengikuti. Pengikutnya bersedia meniru baik dengan paksaan maupun tanpa diminta sama sekali. Kondisi ini akan sangat bagus jika menjadi pelopor untuk tujuan yang baik. Namun bagaimana jika menjadi pelopor maksiat?

Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).

Orang yang menjadi pelopor ini sama sekali tidak mengajak orang di lingkungannya untuk berbuat maksiat serupa. Ia juga tidak memberikan motivasi kepada orang lain untuk mengikutinya. Namun karena perbuatannya ini Ia berhasil menginsipirasi orang lain melakukan maksiat serupa.

Itulah mengapa anak Nabi Adam, Qabil, yang menjadi orang pertama yang membunuh manusia harus bertangungjawab atas semua kasus pembunuhan di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).

Tidak bisa dibayangkan, bagaimana dosa yang akan ditanggung pelopor dan pendesign rok mini, baju you can see, penyebar video porno dan masih banyak tindak maksiat lainnya. Sebagai pelopor dosa mereka akan terus mengalir hingga hari kiamat kelak. 


2. Mengajak Orang lain Melakukan Kesesatan dan Maksiat

Berbeda dengan pelopor yang hanya menginspirasi orang lain, orang yang satu ini dengan nyata mengajak orang lain untuk melakukan kesesatan dan tindakan maksiat. Merekalah merupakan juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.

Dalam Alquran Allah SWT menceritakan bagaimana orang kafir kelak akan menerima dosa dari kekufurannya. Belum lagi dengan dosa-dosa orang-orang yang juga mereka sesatkan.

“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).”(QS. an-Nahl: 25)

Ayat ini memiliki makna yang sama dengan  hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).

Contoh mudah terkait hadist ini adalah orang-orang yang menjadi propaganda kesesatan, mereka menyebarkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, mengajak masyarakat untuk berbuat kesyirikan dan bid’ah.

Merekalah para pemilik dosa jariyah, lantas bagaimana dosa mereka? Selama masih ada manusia yang mengikuti apa yang mereka serukan, maka selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah.

Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.

Semoga kita lebih berhati-hati dalam bertindak, dan lebih banyak melakukan amal shaleh dibanding dosa-dosa maksiat. Karena hidup tidak hanya semata di dunia lalu selesai ketika sudah meninggal. Namun perjalanan masih panjang untuk menuju kehidupan yang kekal.

Cari Artikel